Kejayaan Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor minyak mentah telah berlangsung selama puluhan tahun. Dimana negara kita tercinta Indonesia disejajarkan dengan negara-negara Petro Dolar dari Timur Tengah sebagai anggota dalam organisasi negara-negara pengekspor minyak yaitu Organization Potreleum Exporting Contest (OPEC) . Namun kebanggaan tersebut tidak lagi kita sandang semenjak pemerintah Indonesia melalui Maizar Rahman selaku Gubernur OPEC untuk Indonesia secara resmi mengumumkan keluarnya Indonesia dari OPEC pada 10 September 2008 silam. Pemerintah berargumen bahwa Indonesia justru akan dirugikan jika tetap menjadi anggota OPEC dengan status Indonesia sebagai net oil importir. Dengan demikian Indonesia mengakhiri keanggotaannya selama 47 tahun di OPEC, sejak bergabung pada tahun 1961.
Menengok peristiwa ini, sungguh ironis memang mengingat ekspor migas yang sebelumnya menjadi sektor andalan Indonesia sebagai salah satu penyumbang terbesar penghasilan negara justru sekarang Indonesia berstatus sebagi net oil importir di pasar minyak dunia. Produksi minyak mentah yang menurun drastis memang menjadi salah satu alasannya. Jika kita berpikir sejenak, kita tahu bahwa minyak merupakan sumber daya alam yang jumlahnya terbatas, butuh ratusan bahkan ribuan tahun untuk alam bisa memperbaharuinya. Oleh karena itu, hendaknya kita harus bijak dalam menggunakannya, sudah seharusnya kita menjaga amanah dari Tuhan yang Maha Esa ini untuk senantiasa menjaga dan menggunakan sebaik-baiknya.
Namun apa yang terjadi sekarang ini ? negara kita yang awalnya merupakan negara pengekspor justru menjadi negara pengimpor minyak mentah di pasar minyak dunia. Produksi minyak mentah yang pada tahun 1996 mencapai 1,6 Juta barel per hari (bph) mengalami penurunan yang sangat signifikan hingga hanya mencapai 970 ribu bph pada tahun 2008 dan terus mengalami penurunan hingga akhir tahun 2014 kemarin hanya mencapai 794 ribu bph. Semakin menipisnya sumber daya yang tersedia memang menjadi penyebab turunnya produksi minyak mentah Indonesia. sementara disisi lain konsumsi BBM di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan semakin meledaknya jumlah kendaraan bermotor di Indonesia.
Jika menoleh ke belakang awal ketika Indonesia masuk menjadi anggota OPEC, jumlah kendaraan bermotor saat itu tidak sebanyak sekarang. Dimana daya beli memang masih sangat rendah. Namun sepuluh tahun terakhir jumlah kendaran bermotor di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat mengingat semakin menjamurnya lembaga-lembaga pembiayaan yang menawarkan kemudahan bagi masyarakat Indonesia untuk memiliki kendaraan bermotor secara kredit. Tidak mengherankan memang jika masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum, mengingat kebanyakan kendaraan umum di Indonesia yang jauh dari kata layak. Berbagai permasalahan mulai dari rawan kriminalitas hingga alasan efisiensi dan kenyamanan sering dikeluhkan pengguna kendaraan umum khususnya dikota-kota besar.
Disini pemerintah hendaknya cepat tanggap dalam memberikan solusi masalah ini dengan meningkatkan kualitas kendaran umum di Indonesia. Jika melirik negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, mereka mampu memberikan kenyamanan bagi para penikmat kendaraan umum di negaranya. Monorel, alat transportasi yang telah lama diidam-idamkan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat ibukota telah lebih dulu ada di kedua negara Jiran tersebut.
Monorel bukan alat transportasi yang menguras kekayaan minyak negara kita seperti bus kota maupun angkot. Karena menggunakan bahan bakar listrik, sehingga kita bisa menghemat kekayaan BBM kita yang jumlahnya semakin terbatas ini. Solusi pemerintah daerah dari beberapa kota besar melalui Busway memang sedikit banyak memberikan dampak yang lumayan positif. Namun walau bagaimanapun busway tetaplah masih menggunakan bahan bakar fosil juga. Dengan direalisasikannya proyek monorel, diharapkan akan mampu menjawab keinginan masyarakat perkotaan yang sibuk akan kendaraan umum yang efisien, murah, aman dan nyaman.
Sehingga tidak lagi bagi para pelajar, mahasiswa, dan para karyawan yang dikejar waktu harus membawa kendaraan pribadi masing-masing karena itu justru akan semakin menguras kekayaan minyak negara kita tercinta. Diharapkan kedepan proyek Monorel segera direalisasikan oleh pemerintah, masyarakat Indonesia lebih memilih menggunakan kendaraan umum tersebut dari pada kendaraan pribadi sehingga bisa mengurangi konsumsi minyak dalam negeri demi kebaikan bersama, Negara kita juga bisa kembali berstatus menjadi net oil eksportir sehingga sektor migas bisa kembali menjadi sektor andalan APBN. Semoga .
Compiled From : Febri Ambarwati
0 komentar:
Posting Komentar